REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST – Perlakuan berbeda didapatkan tim nasional sepak bola Israel dan Palestina dalam laga mereka sepekan belakangan. Saat Timnas Israel ditolak di berbagai kota di Eropa, pada pendukung Korea Selatan justru menyambut hangat Timnas Palestina.
Stadion Piala Dunia Seoul yang merupakan salah satu arena sepak bola paling partisan dan mengintimidasi di Asia. Namun, para pendukung Pejuang Taeguk yang biasanya militan justru menyambut hangat Timnas Palestina.
Pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026, Kamis pekan lalu, pendukung tuan rumah dengan bangga mengibarkan bendera, syal, dan spanduk untuk mendukung juga Palestina. Ada bendera Palestina raksasa dikibarkan di tribun penonton.
Aljazirah melaporkan, itu merupakan malam yang patut dikenang di lapangan ketika tim asuhan pelatih Makram Daboub pulang dengan poin yang pantas dan tak ternilai setelah bermain imbang 0-0 melawan raksasa sepak bola Asia, berkat penjagaan gawang Rami Hamadeh yang andal dan penyelesaian akhir yang buruk dari Korea Selatan.
Sementara tim favorit prapertandingan, Para Pejuang Taegeuk Warriors, gagal meraih kemenangan kandang, Palestina juga harus menyesali penyelamatan bagus Jo Hyeon-woo di waktu tambahan yang menggagalkan Wessam Abou Ali mencatatkan kemenangan bersejarah untuk Palestina.
Penyesalannya, jika ada, terhapus oleh adegan gembira di waktu penuh. Senyum lebar dan pelukan hangat menutup malam bersejarah bagi para pemain dan staf ruang belakang, yang telah mengambil peran mewakili Palestina di panggung terbesar saat perang berkecamuk di kampung halaman mereka di Gaza.
Para Fedayin, alias Pejuang; julukan Timnas Palestina; melangkah ke lapangan dengan keyakinan kuat pada kemampuan mereka untuk mewujudkan impian mencapai kompetisi sepak bola global. “Saya selalu bermimpi,” kata gelandang Palestina Mohammed Rashid kepada Aljazirah menjelang kualifikasi.
“Mereka [pasukan Israel] mencoba membunuh impian kami, tapi kami tidak akan membiarkan mereka menghalangi kami. Kami tidak pernah bisa berhenti bermimpi.” “Ini adalah salah satu hak asasi manusia yang paling sederhana dan mendasar di dunia. Kita semua berhak untuk bermimpi. Saya tahu sulit untuk mencapai [final] Piala Dunia, tetapi segala sesuatu mungkin terjadi dalam sepak bola.
“Berada di posisi ini [di kualifikasi] sudah menjadi sebuah mimpi, dan melangkah ke langkah berikutnya adalah hal lain.”
Saat tim tersebut mengatasi tantangannya menuju tahun 2026, warga Palestina di Gaza terus menjadi sasaran pasukan Israel, yang telah menewaskan lebih dari 40.000 orang dan melukai lebih dari 94.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Di Israel, 1.139 orang tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober, yang mengawali perang saat ini.
Hingga Agustus, setidaknya 410 atlet, ofisial olahraga, atau pelatih syahid dalam perang tersebut, menurut Asosiasi Sepak Bola Palestina. Dari jumlah tersebut, 297 diantaranya adalah pesepakbola, termasuk 84 anak-anak yang memendam impian bermain untuk Palestina.
Israel ditolak... baca halaman selanjutnya
Israel Dipunggungi Fans Italia, Palestina Disambut Hangat Fans Korsel
Klik Source
No comments:
Post a Comment