Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia melemah dipicu kekhawatiran pasokan yang berlebih dan penguatan Dolar Amerika Serikat (AS). Namun penurunan harga masih dibatasi harapan bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia akan menyetujui rencana pemotongan produksi pada minggu depan.
Melansir laman Reuters, Sabtu (1/12/2018), harga minyak berjangka Brent untuk Desember turun 80 sen, atau 1,3 persen ke posisi USD 58,71 per barel. Sementara harga minyak mentah AS turun 52 sen, atau 1 persen, menjadi USD 50,93 per barel.
Kedua patokan harga minyak ini masih memiliki pencapaian harga bulanan terlemah dalam lebih dari 10 tahun pada November. Harga turun lebih dari 20 persen karena pasokan global telah melampaui permintaan.
Harga minyak juga berada di bawah tekanan penguatan Dolar terhadap sejumlah mata uang. Ini setelah investor berharap bahwa Amerika Serikat dan China akan mencapai kesepakatan terkait pembicaraan perdagangan.
Dolar yang lebih kuat membuat greenback-denominated oil lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga sempat memangkas kerugian dari posisi terendah setelah Bloomberg melaporkan komite penasihat OPEC menyarankan penurunan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari dari tingkat bulan lalu, menurut para pedagang.
"Harga minyak memantul kembali pada akhir hari Jumat pada laporan bahwa komite OPEC telah menyarankan 1,3 juta barel per hari turun dari level Oktober," kata Fawad Razaqzada, Analis Pasar di Broker berjangka Forex.com.
"Tekanan tentu telah membangun karena harga terus turun di tengah kekhawatiran yang sedang berlangsung atas pasokan yang berlebihan dan pertumbuhan permintaan yang lebih rendah ... Jika tidak ada tindakan yang diambil, harga minyak pasti bisa turun lebih jauh, sementara pemotongan produksi harus mengarah ke rebound yang cukup besar untuk ini," kata dia.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3796307/harga-minyak-susut-dipicu-kekhawatiran-membanjirnya-pasokan
No comments:
Post a Comment