:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2345303/original/090380600_1535592820-bocah_purbalingga.jpg)
Sekretaris Desa Pagerandong, Muhamad Mahduk dan Kepala SDN 1 Pagerandong, Geriatri memberikan keterangan tentang luka disekujur tubuj Indah Mukaromah. (Liputan6.com/Galoeh Widura)
Keluarga gadis kecil itu berupaya mengganti luka fisik dan mental yang diterima I bertahun-tahun. Mereka berharap candaan-candaan ringan dan tutur kata penuh senyum bisa mengganti masa lalunya yang bertumpuk omelan dan pukulan.
Aminoto, sang paman menduga keponakannya menderita sejak lama. Saat bayi, ibu kandungnya meninggal dunia. Kemudian pada usia dua tahun, ayah kandungnya, Sugiat (40), menikah dengan Aminah. Perawatannya diserahkan kepada ibu tiri karena Sugiat bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit di Kalimantan dengan waktu pulang yang tak tentu.
"Berarti sudah sekitar lima tahun bareng ibu tirinya," kata Aminoto.
Menurut Aminoto, Sugiat sudah tahu sifat keras Amanah dalam memperlakukan anak. Namun, ia tidak menduga sifat keras itu menjurus penganiayaan.
"Dianggapnya hanya membentak wajar sebagai orang tua," kata Aminoto.
Sesungguhnya, keluarga mengaku telah lama menaruh curiga terhadap sifat Amanah. Sebab, selama tinggal bersama, ibu tiri itu melarang I menginap di rumah neneknya. Setiap diminta menginap oleh bibi atau neneknya, I menoleh kepada ibu tirinya. Sebuah isyarat meminta ijin. Namun, begitu memandang wajah Amanah, gadis kecil itu langsung menunduk dan diam.
"Mungkin takut dia cerita atau ketahuan ada luka di tubuhnya," katanya.
Saat keluarga mengetahui kecurigaan itu benar berwujud nyata. Penyesalan timbul di dalam benak karena lepas pengawasan dalam merawat I.
Matori, sang kakek lebih banyak diam nelangsa ketika diperlihatkan video pemeriksaan luka I di ruang kepala SDN 1 Pagerandong. Matanya berkaca-kaca. Ada bendungan air yang siap meluap di mata tua itu.
"Saya tidak tega, saya sedih bisa seperti itu," katanya.
Kini, Matori dan istri berjanji mengganti penyesalan dengan kasih sayang melimpah untuk cucunya. Tak ada kerisauan lagi, I kini tinggal di rumah kakeknya dengan penjagaan dan perawatan terbaik bersama paman dan bibinya.
Tak ada sedih yang tak sudah.
No comments:
Post a Comment